![konser musik klasik 2015 konser musik klasik 2015](https://static.wixstatic.com/media/4dda9f_f667711f63f64543851ce08f0357a549.jpg)
Sampai wafatnya Rachmaninov (1945) mereka masih memainkan karya-karyanya sendiri maupun kolega-kolega semasanya, bahkan terus sampai wafatnya Stravinsky (1971) atau Britten (1976). Musik klasik itu kuno, dan bikinan komponis yang sudah mati.įakta ini hanya terjadi di sekitar 50 tahun terakhir. Tetapi bukan berarti kecerdasan manusia bisa meningkat secara instan dan musik juga tidak langsung dapat mengatasi masalah gangguan inteligensi.Ģ. Mendengarkan musik bisa memberikan dampak psikologis jangka pendek, dan belajar main instrumen bisa memberikan dampak jangka panjang. Kalau cuma soal mendengarkan secara pasif, saya sendiri punya teori sebaliknya: mungkin justru karena seseorang itu kecerdasannya di atas rata-rata lah makanya ia bisa "mengerti" musik sastra yang cenderung biasanya lebih terelaborasi strukturnya dan durasinya lebih panjang yang membutuhkan attention span yang lebih intens. Hal inilah yang bisa menaikkan kecerdasan, dan bukan hanya dengan musik Mozart. Faktanya adalah bahwa memainkan satu instrumen memang menuntut menggunakan bagian-bagian otak yang biasanya tidak digunakan, karena ini menyangkut aktivitas aural, menerjemahkan not di atas kertas menjadi bunyi, koordinasi beberapa indera, serta menstimulasi sensitivitas terhadap nilai-nilai artistik. Padahal sampai sekarang tidak ada yang pernah bisa membuktikan bahwa hanya musik Mozart memiliki efek yang berefek pada inteligensi.
![konser musik klasik 2015 konser musik klasik 2015](https://live.staticflickr.com/5596/18907819852_c61b6848c4_z.jpg)
Mitos tentang Mozart Effect ini berasal dari "studi" yang menghubungkan antara nilai lebih tinggi yang dicapai pada tes spasial-temporal tertentu setelah mendengarkan musik Mozart yang banyak dipublikasi di media sosial. 90-an bahwa hanya dengan mendengarkan Mozart dapat menambah poin untuk IQ kita, bahkan untuk bayi yang sedang di kandungan. Īda "fakta" yang sangat populer sejak th. Setelah membaca ini, mungkin pembaca ingin bertanya mitos-mitos yang lain, bisa silakan tweet ke untuk saya pertimbangkan di artikel di penerbitan Sarasvati bulan depan.ġ. Saya ingin membahas beberapa di antaranya dalam 2 tulisan berseri. dan mitos-mitos yang banyak dari kita malu untuk bertanya tentang kebenarannya. ĭunia musik sastra (istilah yang saya kira lebih tepat untuk menggantikan "musik klasik") kelihatan berlimpah glamour, misteri, kompleksitas. Īpa yang anda ingin ketahui di dunia musik klasik tapi malu bertanya. The title was originally " What you wanna know in classical music but are afraid to ask" (sorry for referring to Woody Allen's great movie, substituting the word "classical music" with "sex"), but the published title is changed into " Debunking Myths in classical music" (which is in fact better, and inspirational for me to write the second article to be published in December. So, here is the first one, my original (not the published & edited one) on the November edition. But it turned out that I found too many of them, so I asked the magazine if I could write a longer article, to be published in 2 editions. The cultural magazine SARASVATI commissioned me for an article on classical music, and I came up with the idea of writing about myths and popular (untrue) stories in this field.